Selasa, 17 Agustus 2010

Lautan Dalam Baskom

Aku percaya bahwa kebahagiaan bukanlah datang dengan serta merta, tapi kitalah yang membuat bahagia itu ada atau memilih tidak ada. Ketika kita dijejali begitu banyak permasalahan, maka kemampuan menciptakan  'your own happiness' lah yang sedang kamu butuhkan. Mencoba merilekskan pikiran, menarik nafas panjang, tersenyum lalu berujar "semuanya akan baik-baik saja kok!".

Sangat kamu merindukan laut sedangkan kamu sedang berada di gunung, maka satu-satunya yang bisa membuatmu bahagia adalah memikirkan laut. Mencoba mengingat baunya, merasakan hembusan anginnya,  mereka-reka hangatnya pasir dan merasakan kakimu basah oleh air pasang.

Satu perumpamaan sederhana (yang ku kira cukup relevan) adalah 'mencoba menciptakan lautan dalam baskom'. Kamu tahu bahwa baskom adalah baskom dan tak akan pernah menjadi lautan. Tetapi, ketika pikiranmu dipenuhi imaji bahwa baskom itu adalah satu-satunya lautan yang kamu miliki, maka kamu akan sangat girang walau hanya mendapati sebuah baskom penuh air dengan satu kapal kelotok mainan yang mengambang di atasnya. Dengan seperti itu, kamu tidak lagi merasa sedih oleh kerinduan tapi merasa penuh oleh kebahagian. Dengan seperti itu, kamu merasa cukup menikmati lautan walau sedang disibukkan di pegunungan.

Ini pula analogi sederhana yang membuat kita selalu terdorong untuk menciptakan kebahagiaan dalam setiap kesempatan yang buruk sekalipun. Memacu kita membuat peluang bahkan dalam kesempitan apapun. Dan, membuat kita malu menampakkan muka cemberut bahkan saat emosi kita campur aduk. Bahwa kita bisa membuat berbagai macam kebahagiaan menurut versi dan kategori kita masing-masing, sesederhana mungkin.

Lalu, kebahagiaan seperti apa yang mampu kamu ciptakan saat ini?

2 komentar:

Ariza mengatakan...

Kebahagian kadang tercipta sendiri, seperti tersesat di sebuah lapangan bola di sore yang berkabut.

Buatku, yang perlu dilakukan hanyalah mengumpulkan kebahagiaan2 kecil seperti itu, untuk menjadi besar :)

Semangat menulis, Nyai!

'damar' mengatakan...

Bahkan, kebahagiaan kecil tersibak malu-malu seperti anak rambut yang tertiup kipas angin butut di sudut kantor yang pengap. Tak perlu semilir laut, tapi cukup membuatmu ingat akan hembusan udara sekalipun terasa penat.