Rabu, 31 Agustus 2011

Selalu Ada Yang Pertama


Allaahu akbar...Allaahu akbar...Allaahu akbar...Allahuakbar Walillahilhamd...

Takbir penanda jelang 1 Syawal sekaligus gema penutup Ramadhan berkumandang dari masjid komplek. Meriah namun membuat hati miris. Bukan semata karena ditinggalkan oleh bulan penuh berkah dan ampunan, Ramadhan. Tapi tahun  ini adalah kali pertama aku melewatkan Lebaran jauh dari keluarga besar. Lebaran kali ini tanpa pulang kampung, tanpa sholat berjamaah di lapangan desa, tanpa sungkeman bersimpuh di hadapan orang tua dan sanak saudara, tanpa masakan ibu, dan tanpa semua hal yang biasanya aku lakukan selama 23 tahun masa hidupku.

Semua ini terjadi karena aku harus piket ATM dan ‘jaga kandang’. Padahal aku sebelumnya sudah mengantongi ijin dari kepala cabang buat pulang kampung saat lebaran. Tiket sudah dibeli, rencana-rencana manis sudah disusun. Tapi.....voila!!! Tiba-tiba ada pergantian kepala cabang dan ijin pulangku pun lenyap. Tiket yang sudah terbeli diganti oleh bos baru dan dia yang pulang, aku yang jaga kandang. Nasib anak baru, masih muda, dan belum berkeluarga pula *sigh!*
Well, tapi aku yakin aku akan baik-baik saja kok. Toh, aku di Batam tak sendirian karena aku tinggal bersama om dan tante.  

Saat hari raya tiba ada rasa sedih dan haru yang terbendung, aku berjanji untuk tak menangis tapi toh tetap saja gagal. Saat menelpon bapak dan ibu di hari raya, tangisku meleleh walau berusaha ku tahan. Di malam takbiran, ibuku sudah lebih dulu menangis saat kami saling bertukar rindu lewat skype. Ah, betapa kami sesungguhnya saling merindukan. Kalau bapak sih cenderungg cool aja ya, namanya juga bapak-bapak dimana-mana pasti tegar walaupun sekangen apa sama anak perempuan satu-satunya. Di beberapa kesempatan chatting-ku sama bapak, dia bilang: “eits, udah gede. Gak boleh nangis lho ya...”. Tapi gimana mungkin nggak nangis, kangen banget bo’!!

Kemudian, Lebaran tahun ini dilewatkan dengan berkunjung ke rumah kolega-kolega om. Cicip sana cicip sini dan cemil sana cemil sini. Dan bagusnya, saking banyaknya rumah yang kami kunjungi aku jadi punya banyak referensi soal desain rumah. Habisnya ya, rumah temen-temennya om itu pada inspiring gitu sih. Diam-diam aku mencatat desain rumah itu dalam ingatanku. Lumayan bo’ buat inspirasi pas punya rumah ntar.

FYI, Lebaran di Batam sama sekali nggak meriah deh. Mungkin karena Batam mayoritas berisi pendatang ya, makanya saat Lebaran sepi ditinggal penduduknya mudik. Beda banget deh sama Solo yang kalau Lebaran penduduknya bisa berlipat ganda dari biasanya. Disini jalanan lengang, outlet-outlet di mall banyak yang  tutup, dan komplek perumahan juga lebih sepi.

Selalu ada yang pertama untuk setiap hal. Dan ternyata beginilah rasanya pertama kali melewatkan Lebaran tanpa berada di rumah. Tapi terima kasih pada teknologi yang setidaknya membantuku mereduksi rindu, mengemas kangenku ke dalam kotak netbook sehingga mampu bersua dengan mereka, orang-orang terkasih, meski hanya lewat gambar dan suara. Mungkin peluk dan sungkem ini harus ku tahan beberapa bulan lebih lama.

Happy Ied Mubarak! Mohon maaf dari lahir sampai ke batin :)

Tidak ada komentar: